Jumat, 14 September 2012

Gay Gigolo




 

Gay SMP

 


Gay SMP





Gay Gigolo





Gay SMP Panggilan









ML Bareng Sahabat















Aku Jadi Budak Seorang Lelaki

Nafsu menjadi budak seakan tertanam dalam otakku sejak lahir. Keinginan jadi budak seorang lelaki muncul saja tiba-tiba dalam diriku yang kemudian makin lama meningkat, makin kental dalam diriku. 

Tidak ada yang lebih nikmat selain menjadi budak Tommy Tjokro dan Abdul Rahman Rasyid.Kedua cowok itu ganteng tapi sadiss(!)-nya bukan main!Tommy maupun bang Abdul,keduanya ahli mengayun pecut! 

Rasanya tak pernah lecutan mereka tidak merobek kulitku. Setiap kali aku dilecut dengan cemeti oleh Tommy atau Bang Abdul, pasti terjadi lecet berdarah di tubuhku.Mereka paling suka mencambuk punggung, bokong, dan paha. Tapi kadang-kadang ayunan cemetinya diarahkan juga ke dada atau perutku. Pernah suatu kali lecutan Bang Abdul mengenai puting susu kananku sehingga pecah dan berdarah. Nyerinya bukan main. 

Tiap kali aku akan dihajar atau disiksa oleh Tommy Tjokro atau Bang Abdul aku pasti dipaksa melepaskan semua pakaianku sampai aku telanjang bulat. Pernah juga ayunan cemetinya mengenai kontolku sampai batang kontolku berdarah, aku kaget karena kesakitan dan nyerinya bukan main. 

Sejak usia empat atau lima tahun aku sudah mulai ngaceng - ereksi. Seiring dengan itu maka nafsu sadis-masochist pun merebak dalam diriku. Cerita atau pengalaman tentang penyiksaan membangkitkan gairahku.Fantasi-fantasi seksualku selalu berbau penyiksaan dan penghajaran. Cemeti atau cambuk alias pecut merupakan khayalan favoritku. Tidak jarang aku melecut paha, punggung, atau bokongku sendiri untuk mendapatkan gairah dan kenikmatan seksual. Jika luka lecet akibat cemeti itu terasa pedih kena sabun waktu mandi aku jadi terangsang dan kontolku ngaceng, terasa nikmat! 

Cerita-cerita tentang budak-budak Afrika yang dicambuki dalam kedaan telanjang bulat pada saat mereka akan diangkut ke kapal budak untuk dibawa ke Benua Amerika ataupun sesudah dipekerjakan di perkebunan di Amerika merupakan cerita favorit yang membangkitkan kontolku jadi ngaceng tegang terangsang.Gila! 

Budak-budak Afrika diangkut dengan kapal laut dari Afrika ke Amerika dalam keadaan telanjang bulat dengan kaki dan tangan dirantai. Budak-budak itu juga dijual di pasar-pasar budak di Afrika dalam keadaan bertelanjang bulat tanpa penutup selembar pun. 

Fantasi tentang pemotongan kulup [sunat] juga merupakan favoritku. Betapa nikmatnya sewaktu kulup yang biasanya menjadi sumber kenikmatan seksual itu, tiba-tiba terasa perih pedih nyeri bukan main karena digunting atau dikerat pelan-pelan.Sadis!Kejam! tapi terasa nikmat dan jantan! 

Pedagang-pedagang budak di Afrika adalah orang-orang Arab. Sejarah perdagangan budak oleh orang-orang Arab di Afrika sudah berlangsung berabad-abad. Budak laki-laki diperdagangkan untuk macam-macam tujuan. Ada yang dijadikan orang kebirian [orang kasim - eunuch] yaitu setelah kontol dan biji peler mereka dipotong dan dibuang. Ada juga yang dijadikan pekerja kasar. Sedangkan sebagian lagi dijadikan "mainan" yaitu untuk pemuas nafsu homosexual para pemilik budak itu. Jika budak laki-laki itu belum disunat maka Arab - pedagang budak itu merasa wajib untuk memotong kulup para budak itu! Mula-mula kulup itu ditarik ke depan kemudian dipotong dengan pisau atau gunting. Tentu saja,si budak jadi menggelinjang,kaget dan menjerit kesakitan! Setelah kulup terkudung maka luka sayatan tampak memerah oleh darah. 

Meskipun tercipta jadi homosex, tetapi aku masih beruntung, karena terlahir sebagai cowok yang jantan dan perkasa. Tidak ada sisi feminin dalam diri atau kepribadianku. Sehingga tidak ada yang tahu bahwa aku ini seorang cowok homosex - ta'i, sialan! Mungkin hanya cowok yang pernah ku-entot boolnya atau ku-sedot kontolnya yang sempat tahu bahwa aku ini cowok homosex hombreng yang doyan sesama jenis terutama bagian kontol,puting susu, ketek dan jembutnya! Ta'i! 

"Njaba putih njero kuning" [di luarnya putih di dalam kuning]demikianlah kata-kata Prabu Jayabaya dalam salah satu syair ramalan atau prediksi masa depannya. Kata-kata ini menggambarkan akan kedaan masa depan dimana ada orang yang berpura-pura alim dan suci tapi sebetulnya dia adalah seorang yang kotor dan cabul perilakunya! Itulah aku! Ta'i! 

Yang paling "enak" adalah jadi budak Bang Abdul Rahman Rasyid, karena orangnya ganteng, tinggi, dadanya bidang dan kontolnya lumayan, sebesar ukuran kontol kuda Arab.Jembut dan bulu keteknya juga lumayan lebat. Puting susunya lumayan enak untuk dipandang, dijilat, dielus dan dipilin-pilin. 

Selama jadi budak Bang Abdul aku tidak diizinkan berpakaian sama sekali - telanjang bulat.Karena Sang Pemilik Budak [Master] berhak untuk melihat bagian-bagian tubuh budaknya kapan pun dia mau. Bang Abdul memiliki tiga orang budak,aku [Erik], Alex dan Jeffri. 

Aku sudah sunat waktu kecil, sedangkan Alex dan Jeffri belum disunat kulupnya.Ketika Bang Abdul baru "membeli" Alex dan Jeffri, ia menemukan bahwa kontol keduanya belum disunat! Oleh karena itu Bang Abdul merasa perlu untuk menyunat kedua budaknya itu. Semua budak Bang Abdul harus sunat! 

Karena, tubuh seorang budak harus bisa dilihat bagian-bagiannya dengan jelas oleh pemiliknya - termasuk kepala kontol atau glans penis budak itu. Jadi, kulup harus digunting dan budak itu harus selalu teringat saat kulupnya digunting, karena itu harus diusahakan menyunat tiap budak dengan cara yang senyeri mungkin. 

Bang Abdul sangat suka menyiksa budak-budaknya. Tiada hari tanpa siksaan, hajaran atau lecutan cemeti bagi budak-budak itu. Tubuh mereka yang selalu telanjang bulat itu, setiap saat selalu ada bilur, lebam atau lecet berdarahnya. Entah di dada, di punggung, di paha, atau di bokong budak-budak sialan itu.Bang Abdul Rahman Rasyid [Metro TV] juga hobby menempeli paha budak-budaknya dengan besi panas membara. 

Walaupun budak-budaknya tidak boleh "berbunyi" kalau sedang dihajar Bang Abdul, tapi kalau sudah ditempeli besi panas begitu - tak urung mereka menjerit juga - karena kaget dan amat sangat kesakitan : "AAAARGH!".Tapi kalau seorang budak tak sengaja "berbunyi" karena kaget dan amat sangat kesakitan, maka Bang Abdul akan menghukumnya dengan mencambukinya sejadi-jadinya sampai pingsan. Seringkali bang Abdul menyiksa budak-budaknya "dibantu" Mas Tommy [Tjokro] yang ganteng tapi sadisssnya luar biasa! 

Mereka juga suka menyodok lobang pantat budak-budak lelaki itu dengan besi atau dildo [kontol buatan] dari kayu berduri. Keruan saja lobang pantat itu berdarah-darah. Lobang kencing para budak itu juga sering disodok-sodok pakai kawat sampai-sampai kalau budak-budak itu kencing atau memuncratkan pejuh, air kencing dan pejuh mereka bercampur darah segarrr!

Rumahku

Setelah 4 tahun bergulat dengan buku, meja gambar dan juga Mas Ruslan tentunya. Akhirnya aku dinyatakan lulus dan bekerja di satu perusahaan arsitek. Terasa berat berpisah dengan Mas Ruslan yang begitu gagah, tampan dan jantan. Tapi kadang2 kami masih suka bertemu melepas rindu, walau tidak sesering sebelumnya. 

Tugasku allrounder artinya mulai dari design sampai pengontrolan lapangan. Yang terakhir ini yang aku suka, karena aku bisa mengintip kuli2 bangunan yang terlihat seksi terutama ketika mereka mandi sore di bedeng yang setengah terbuka. Aku bisa melihat jelas bodi dan kontol mereka dari lantai atas. Karenanya aku lebih suka mengontrol lapangan menjelang sore, saat yang tepat melihat bodi2 macho mereka. 

Karena aku bekerja di perusahaan real estate, bossku menyarankan mencicil salah satu rumah di kompleks yang sedang di bangun. Tentunya dengan senang hati kuterima tawaran itu. Karena kondisi rumah yang kecil aku mendesign ulang ruang di bawah atap menjadi raung kerja. Untuk itu aku memanggil salah satu tukang kayu yang paling handal di kantorku. Namanya Parmin. 

Parmin berusia menjelang 40. Tubuhnya benar2 tinggi dan kekar karena pekerjaan lapangan. Seringkali aku meninjau rumahku saat jam makan siang. Kulihat Parmin hanya mengenakan celana jeans pendek yang sudah robek disana sini memperlihatkan pangkal pahanya yang kekar dan sedikit bulu di atas pusar. Aku kadang membayangkan seberapa besar kontolnya di balik celana jeans itu. 

Menjelang pekerjaan finishing, Parmin berkata bahwa dia membutuhkan tenaga bantuan untuk pemasangan plafon. Tetapi karena tukang lain sibuk dan plafon harus segera ditutup, maka dia menyarankan bagaimana kalau aku meluangkan waktu akhir minggu untuk membantu dia. Tentu saja aku iyakan tanpa berpikir panjang. 

Hari Sabtu pagi dengan bersemangat aku menunggu Parmin. Aku sengaja mengenakan celana pendek yang minim tetapi agak longgar sehingga pahaku yang putih dan mulus terlihat jelas, juga kaos singlet yang ketat tentunya. 

Ketika Parmin melihatku, aku merasakan matanya yang liar seakan berusaha menembus celana pendekku. Ketika kutanya apa yang dilihatnya, dengan gugup dan muka memerah Parmin menjawab bahwa dia pangling melihat aku dengan casual shirts. 

Segera setelah itu Parmin mengajak aku ke lantai atas dan meminta aku menahan plafon sementara dia memakunya. Dari bawah akau dapat melihat jelas kolor Parmin berwarna hitam selaras dengan kulitnya yang sawo matang dan basah berkeringat. Terlihat gundukan besar di balik kolornya dan juga bulu2 halus keriting keluar dari sela2 selangkangnya. Bau jantan dari badan yang berkeringat dan kolornya tercium jelas, membuat kontolku bergerak liar dan membentuk tonjolan besar di balik celana pendekku yang longgar. Karena aku menahan plafon dengan kedua tanganku, sehingga aku tidak bisa menyembunyikannya. 

Parmin dari arah atas melihat ke bawah untuk berbicara padaku, dan saat itulah dia melihat tonjolan keras di balik celanaku. Dia tersenyum tersipu dan berkata “Mas, sudah lama engga keluar yah?” Aku balik bertanya dengan gugup tentunya “ Keluar apanya Min?” “Ah, Mas masa engga tau kalau laki2 keras melulu itu tandanya olinya perlu diganti” “Ah, Min kamu bisa aja, tapi memang aku nih engga tau kenapa tiba2 kontolku jadi keras” kataku dengan malu tanpa nafsu. “ Barangkali karena ngeliat Mas Min, apa mau dibantuiin biar cepet keluar?” Deg... aku terkisap, ternyata Parmin yang sudah beristri juga suka dengan kontol. “Gimana caranya Min? Emang kamu mau ngocok kontolku?” “Tentu aja mau mas, wong mas ini putih bersih benar2 type Mas Min,Liat aja nih kontol mas min juga jadi keras.” Tanpa malu2 lagi Parmin melorotkan celananya dan memperlihatkan kepala kontolnya yang besar mencuat dari balik celana dalamnya. Parmin dengan gayanya yang jantan turun dari tangga dan memperlihatkan bulu keteknya yang cukup lebat sambil meremas2 kontolnya dengan satu tangan lainnya. Aku tak tahan lagi dengan cepat kutarik kolor Parmin sehingga dia benar2 telanjang bulat sekarang. Dan dengan penuh nafsu kucium seluruh badannya dari mulut sampai jembutnya. Ketika aku menciumi jembutnya, dengan sekali hentakan Parmin memasukkan kontolnya ke mulutku dan mendesah berat. Aku tidak membuang2 waktu, sambil mengulum kontol Parmin yang besar, aku membuka celana dan kaosku. Parmin kelihatan bertambah liar melihat tubuh putih mulusku, dengan cepat di cabutnya kontolnya dari mulutku dan membaringkan aku dilantai serta menciumi dan menjilati tubuhku. Keringat kami mengucur bertambah deras karena udara yang panas di bawah atap. Gesekkan2 kulit yang basah menambah suasana menjadi erotis. Parmin semakin liar menggerakkan pantatnya diatas tubuhku. Menekan kontolnya di atas kontolku Aku tidak tahan lagi, sambil mendekap badannya yang kekar, aku meminta Parmin memasukkan kontolnya, aku ingin menyatu dengan Parmin yang jantan. Parmin dengan cepat membasahi kontolnya dan memasukkan kontolnya yang besar dengan perlahan. Parmin melenguh kecil ketika semua kontolnya masuk ke kehangatan lubangku. Kurasakan gesekan halus jembutnya, menandakan kontolnya sudah seluruhnya amblas. Dengan pengalamanku bercinta dengan Mas Ruslan, aku membentot dan meremas kontolnya dengan lubangku sambil memutar2 pantatku , membuat mata Parmin terkejap. Karena Parmin cukup berpengalaman juga, dia mengimbangi permainanku dengan menaik turunkan pantatnya dengan irama tertentu, sehingga sesekali aku menjerit kenikmatan merasakan kepala kontolnya menembus tajam. Parmin semakin mempercepat desakannya, sementara aku bergerak liar dibawah, membuat kontol Parmin semakin berdenyut cepat dan memuntahkan pejunya di dalam dan aku sambil melenguh panjang menekan kontolku ke perut Parmin yang sedikit berbulu itu dan memuntahkan spermaku, membuat badan kami semakin lengket menyatu. Akhirnya Parmin menghentikan gerakannya, tetapi tidak mencabut kontolnya. Dia merebahkan seluruh badannya di atas badanku dan memeluk aku serta menciumiku. Dia berharap agar kami dapat melakukannya lebih sering. Tanpa ragu2 aku iyakan bahkan memintanya pindah ke rumahku dengan dalih pekerjaan yang belum selesai, sehingga orang kantor tidak akan curiga. Sejak saat hampir tiap hari aku bisa menikmati siraman peju Parmin di lubangku.

Mahasiswa

Aku seorang mahasiswa arsitektur di Jakarta. Karena lokasi kampus yang cukup jauh dari tempat tinggalku, aku menyewa kamar kost di sekitar kampus. 

Aku tinggal dengan sebuah keluarga, pasangan setengah baya, Mas Ruslan dan Mbak Yani. Aku sungguh beruntung mendapatkan tempat kost ini. Rumahnya asri dan bersih. Terlebih lagi mereka telah menganggap aku sebagai adiknya, barangkali karena di usia perkawinanya yang kesepuluh, mereka belum dikaruniai anak. 

Kamar tidurku terletak di bagian depan rumah bersebelahan dengan kamar Mas Ruslan dan Mbak Yani. Pada suatu malam aku terbangun mendengar suara desahan laki-laki dari kamar sebelah. Dengan keluguanku dan rasa penasaran, aku memanjat meja belajarku dan mencoba melihat ke kamar sebelah melalui lubang angin dibagian atas dari dinding pembatas.

Aku terkisap, kulihat Mas Ruslan sedang menyetubuhi Mbak Yani. Badan Mas Ruslan terlihat basah oleh keringat. Dikeremangan terlihat begitu seksi. Bulu dadanya melekat erat ke badannya sehingga otot dadanya terlihat jelas dan juga pentil dadanya yang lebar dan hitam terlihat agak menonjol. 

Suara desahan Mas Ruslan semakin kencang dan memburu diiringi gerakan bokongnya yang naik dan turun. Tangannya yang kekar dan berbulu menyangga kuat badannya. Mbak Yani berusaha untuk mendekap mulut Mas Ruslan, barangkali dia takut mengganggu tidurku. Tetapi Mas Ruslan semakin mengila. Kelihatan dia sudah dekat ke puncak kepuasan. Akhirnya diiringi dengan desakan keras bokongnya, Mas Ruslan mencapai klimax. Pada saat bersamaan, dia mendongak kearah atas dinding pembatas. Aku benar-benar gugup dan tidak bisa berbuat apa-apa. Aku benar-benar takut, Mas Ruslan marah karena aku mengintip ke kamarnya. Tetapi Mas Ruslan kelihatan cool. Bahkan dengan cepat dia menarik kontolnya dan memencetnya sehingga sisa spermanya menetes dari kepala kontolnya yang besar, diiringi gerakan tangannya meraba dadanya yang berbulu turun kearah jembutnya yang lebat. Sepertinya dia dengan sengaja mempertontonkan badannya yang atletis. Tetapi karena Mbak Yani menggeliat bangun, aku cepat-cepat turun dari meja dan kembali ke ranjangku. 

Keesokan paginya, pintu kamarku diketuk. Ketika kubuka Mas Ruslan berdiri dan tersenyum kearahku. Aku benar-benar kikuk dibuatnya. Dia hanya memberitahu bahwa dia dan Mbak Yani akan pergi ke Bogor menemui orang tua Mbak Yani dan berpesan agar aku jangan lupa menutup pintu depan jika pergi keluar. Aku hanya mengangguk risih dan menutup kembali pintu kamarku dan melanjutkan tidurku. 

Aku terbangun karena perut teras lapar. Kulihat jam menunjukkan jam satu siang. Karena kupikir aku hanya sendirian dirumah, dengan hanya menggunakan celana dalam aku keluar kearah dapur utuk sarapan. Selesai sarapan aku kembali ke kamarku melalui ruang keluarga. Aku terkisap melihat mas Ruslan duduk diatas sofa dengan kaki terlipat kearah paha dan membentuk huruf V. Karena dia hanya menggunakan celana runner yang pendek dan longgar bagian bawahnya, bulu-bulu pahanya terlihat jelas, bahkan di pangkal pahanya menyembul jembutnya yang hitam dan panjang. 

Mas Ruslan tiba-tiba melipat koran yang dibacanya dan tersenyum kearahku. Dia mengajak aku duduk dan berbicara. Sebelah tangannya ditaruh di sandaran sofa, sehingga aku dengan jelas melihat bulu ketiaknya yang lebat. 

Aku duduk disebelahnya. Dia berkata bahwa Mbak Yani menginap dirumah orang tuanya selama satu minggu. Sambil berbicara dia meletakkan tangannya dipundakku yang telanjang. Aku merasakan bulu tangannya menyentuh kulitku yang halus, membuat kontolku lepas kontrol dan mengeras dengan cepat. Mas Ruslan kelihatannya tahu gelagatku, dia semakin mempererat dekapannya sampai kepalaku menyentuh dadanya yang berbulu itu. Aku bisa mencium bau badan Mas Ruslan yang jantan. Mas Ruslan berbisik kepadaku apakah aku pernah melakukan seperti yang dilakukannya kemarin malam. Dan juga dia berkata bahwa dia dengan sengaja memperkeras desahannya supaya aku terbangun. Aku menggeleng kepala. Dan mas Ruslan berbisik apakah aku mau diajarkan trik-trik bercinta. Sebelah tangannya mulai bermain di kepala kontolku yang mencuat dari balik celana dalamku. Dia bermain dengan pre-cum yang keluar karena nafsuku. 

Mas Ruslan merebahkan badanku disofa dan membuka celanaku. Kemudian dia menindihku. Aku bisa merasakan kerasnya kontol Mas Ruslan dibalik celananya. Panjang dan besar. Dia mulai menciumi aku dan bermain dengan kumisnya disekitar bibir dan pipiku. Kemudian turun kearah dadaku dan mengisap pentilku yang mengeras. Mas Ruslan menaikkan tanganku dan bermain dengan kumisnya diketiakku. Aku mendesah berat. Dilanjutkan dengan gigitan kecil diseputar pusarku dan turun kearah jembutku. Setelah itu Mas Ruslan dengan cepat memasukkan kontolku kemulutnya dan mengisap dengan cepat. Mas Ruslan benar-benar ahli, aku bisa merasakan kontolku seperti tertarik kearah tenggorokannya, membuat aku melayang dan mendesah keras. 

Mas Ruslan akhirnya membopong tubuhku kearah kamarnya dan merebahkan tubuhku yang telanjang dan basah oleh jilatannya ke atas ranjang. Dia membuka celananya dan terlihat kontolnya yang keras tegak hampir menyentuh pusarnya, terlihat kontras dengan latar belakang jembutnya yang hitam dan lebat itu. Dia kembali menindihku dan menggerakkan badannya yang berbulu diatas badanku membuat aku menjerit kecil penuh birahi. 

Kemudian, Mas Ruslan mengambil lotion dan mengoleskannya diseluruh tubuhku termasuk kontolnya dan kembali menari-nari diatas tubuhku. Kali ini aku benar-benar berteriak liar. Aku meminta mas Ruslan untuk memerawaniku. Dia dengan sigap mengoleskan lotion kedalam anusku dan dengan perlahan kontolnya yang besar menyelinap kedalam anusku. Aku menjerit kecil kesakitan, Mas Ruslan berhenti, dengan separuh kontolnya di dalam dia menciumi badanku kembali dan perlahan-lahan memasukkan seluruh kontolnya. Aku bisa merasakan jembutnya menyentuh biji dan pantatku. 

Gerakan Mas Ruslan semakin cepat dan kencang. Dia mengangkat kepalaku kearah dadanya dan meminta aku mengisap pentilnya yang lebar dan hitam. Tanpa menunggu aku menjilat liar dan mengisap seluruh dadanya dan bermain-main dengan bulu dadanya. 

Tiba-tiba Mas Ruslan membalikkan badannya, kontolnya tetap didalam karena panjangnya. Sekarang posisiku ada diatasnya. Mas Ruslan mengangkat lengannya dan meminta aku menjilati ketiaknya hingga basah. Mas Ruslan sangat suka dengan gaya ini, karena dia mendesah berat dan mempercepat gerakan pantatnya menyodok keras anusku. 

Aku lepas kontrol. Kontolku yang terjepit oleh perut kami dan gesekan di sekitar bulu pusar Mas Ruslan membuat aku orgasme, memuntahkan semua lahar yang kutahan sejak kemarin malam membasahi perut dan dada kami. Mas Ruslan mendesah karena merasakan cengkraman anusku di sekitar kontolnya. Dan akhirnya dia memuntahkan lahar hangat didalam anusku. Dia mendekap erat badanku sambil melenguh panjang. Spermanya yang kental dan banyak tak tertampung di anusku, keluar perlahan-lahan melalui batang kontol Mas Ruslan. Membasahi jembut Mas Ruslan dan biji pelerku. 

Mas Ruslan menciumi aku, kontolnya tetap di diamkan didalam anusku yang ketat dan hangat. Dia berterima kasih karena aku memberikan perawanku kepadanya. 

Akhirnya kami tertidur kelelahan. Mas Ruslan memeluk badanku dari belakang. Kontolnya yang panjang tapi sudah melembek diselipkan disela-sela pahaku, sehingga seluruh bulu badannya terasa menghangati badanku yang telanjang. 

Aku benar-benar bahagia diperawani oleh Mas Ruslan yang ganteng dan gagah itu. Sejak saat itu hampir tiap akhir pekan kami mengulanginya tanpa rasa bosan.

Satpam BRI

Namanya Jon Hutabarat, nama depannya kayak nama dari orang dari daerah barat. Tapi itu nama aslinya dan nempel di name tag seragam satpamnya yang ketat. Sebagai satpam bank, dia sedikit beda. Kalau satpam-satpam lain biasanya tinggi besar sedangkan dia sedikit pendek, aku rasa tingginya kurang dari 170 cm. Kulitnya putih banget dengan tangan yang berbulu tidak terlalu lebat. 

Wajahnya ganteng dan cute tapi terlihat banget muka bataknya yang keras dengan bibir yang tidak terlalu tebal berwarna kemerahan. Cambangnya dibiarkan tumbuh dengan rambut yang cepak, kesannya dia laki-laki banget. Kalau dari belakang dia sangat menyenangkan untuk dilihat. Badannya terlihat tegap dan pantatnya seksi banget, keras dan agak menonjol apalagi dia pakai celana satpam yang ketat sehingga cetakan celana dalamnya terlihat. Belum lagi kalau di lihat dari depan, tonjolan kontolnya terlihat besar. 

Pernah suatu siang aku kesana, aku melihat dia sedang berdiri dekat pintu. Entah apa yang membuat dia begitu, tapi aku melihat batang kontolnya sedang ngaceng tercetak jelas di celananya dengan posisi miring dan aku semakin yakin dia nggak pakai celana dalam saat itu karena kepala kontolnya juga tercetak. Tapi nggak lama dia masuk dan kemudian keluar lagi dengan keadaan normal. 

Aku melihat dia sekitar 2 minggu saat aku harus ke bank BRI untuk transfer. Kesan pertama melihat dia yang saat itu sedang berada di depan box ATM bener-bener ngebuat aku gak kuat. Aku terus putar otak, bagaimana caranya agar aku bisa mendekati dia. Sampai akhirnya aku nekat untuk menelponnya di Bank. "Kamu siapa?" tanyanya saat menerima telepon dariku. "Yudi." jawabku singkat. "Ok, kamu ada perlu apa?" Ditanya seperti itu aku jadi bingung dan gugup. Aku terdiam nggak tahu apa yang harus aku ucapin. "Kalau kamu nggak jawab saya tutup teleponnya ya, soalnya saya lagi banyak kerjaan." 

Entah darimana timbul keberanian itu dan langsung saja terucap, "Boleh nggak aku ngisep kontol kamu?" tanyaku yang kemudian kaget sendiri dengan keberanian itu. Nggak ada jawaban apapun dari ujung sana. "Halo..." kataku kemudian. Aku pikir dia pasti menutup teleponnya, tapi kemudian ... "Kamu jangan bercanda, saya lagi tugas." "Nggak kok, saya serius. Kalo kamu mau, saya rela kamu ngelakuin apa aja sama aku di tempat tidur." Kembali nggak ada suara apapun dari ujung sana untuk beberapa lama, dan aku dengan perasaan deg-degan menunggu. "Aku nggak pernah ngelakuin itu sama laki-laki, tapi kalo kamu mau kita bisa besok." "Bener..??" teriakku kaget banget. "Iya." "kenapa nggak malam ini?" "Malam ini aku mau ngentot pacarku, besok giliran kamu, gimana?" Akhirnya kami sepakat untuk bertemu besok sore di kos dia dan aku meminta dia menunggu dengan pakaian satpamnya. 

Sore yang aku tunggu akhirnya datang juga. Dengan perasaan yang campur aduk, aku datang ke alamat yang dia berikan. Setelah aku ketuk, pintu terbuka dan dia menyambutku dengan tersenyum lalu mempersilahkanku masuk. "Oh jadi kamu yang nelpon itu. Aku sering liat kamu di bank." Aku mengangguk dan tersenyum malu. "Bagaimana, mau langsung?" tawarnya. Aku nggak perlu menjawabnya dan langsung mendekatinya, kemudian mengelus-elus tonjolan di celana bagian depannya. "Aku tahunya enak ya dan aku nggak mau ngapa-ngapain kontol kamu." katanya. Aku menjawab hanya dengan anggukan dan tanganku terus mengusap-usap tonjolan kontolnya. 

Kemudian aku buka bajunya, aku sangat suka sekali melihat badannya yang tegap apalagi saat dia mengangkat tangannya saat aku membuka kaus dalamnya, kedua tangannya itu terlihat kekar dan keras sekali dan ketiaknya penuh dengan bulu, aku nggak terlalu suka bulu ketiak yang lebat dan biasanya membuatku agak sebal, tapi wajah ganteng dan dada kekarnya membuat semua itu nggak penting. Dadanya terbentuk meski bukan sepeti binaragawan. Dadanya bidang dan bersih dari rambut dengan kedua pentil yang kecil tapi menonjol dan sekeliling pentilnya tumbuh rambut-rambut. Lalu aku melihat ke pusarnya dan disana banyak di tumbuhi rambut yang aku yakin tumbuh menyemak di pangkal kontolnya. 

Aku langsung memegang kedua pentilnya dan pelan-pelan memilin-milinnya, lalu tiba-tiba aku mendengar dia mendengus agak keras. Nampak dia sangat suka kalau kedua pentilnya dimainkan dan itu membuatku semakin semangat. Dia kusuruh duduk dipinggir tempat tidur dan aku mulai menjalankan aksiku. Aku menghisap-hisap pentilnya seperti bayi yang sedang menyusu, dan pentilnya semakin menonjol serta kian keras. Dia mulai meracau pelan saat aku menyesapi pentilnya dan semakin keras gumamnya saat ujung pentilnya aku jilati juga dengan ujung lidahku sementara tanganku mengusap-usap dada kekarnya yang sudah terbentuk. 

Pentilnya kugigit-gigit pelan sambil aku tarik-tarik kemudian aku hisap dengan kuat. Dia terus mendesah dan bergumam keenakan. Lalu tanganku mulai bergerak ke bawah dan mengusap bulu-bulu yang tumbuh disekitar perutnya dan pelan-pelan membuka ikat pinggangnya sambil mulutku terus mengeyot pentilnya. Nampaknya sensasi kenyotanku di pentil dan gerakan tanganku yang membuka celana panjangnya pelan-pelan sampai dia hanya memakai celana dalam saja membuat dia semakin bergairah. Beberapa kali dia dengan sengaja menumbur-numburkan kontolnya yang masih di dalam kolor ke badanku. 

Aku berdiri dan melepas semua pakaianku sampai telanjang bulat. Kontolku sudah ngaceng berat dan dia tersenyum melihat keadaanku itu. "Gede juga kontolnya." katanya kemudian. "Tapi kontol kamu pasti lebih besar kan?" tanyaku. "Liat aja sendiri." Aku perhatikan dia yang sekarang tidur terlentang dengan celana dalam putihnya sebentar. Badannya benar-benar luar biasa, sepertinya dia diberi waktu lebih banyak saat dibuat dulu sehingga dia lebih mempesona dari laki-laki kebanyakan. 

Kakinya berbulu lebat dan pahanya meski tidak terlalu besar tapi kekar sekali dengan aksen bulu-bulu yang membuat bagian bawah perutnya ini menjadi seksi sekali. Aku berjongkok di lantai, lalu membuka kedua kakinya pelan-pelan hingga terbuka lebar. Seksi sekali melihat pemandangan itu dari sudutku berada. Aku merapatkan kedua kakinya sementara wajahku berada ditengah-tengah kedua pahanya dan menjilat-jilat mulai dari dengkul kirinya dan bergerak pelan ke selangkangannya. Lalu lidahku memutar-mutar di paha bagian dalamnya dan tangan kiriku mengusap-usap paha atasnya yang berbulu itu. 

Sampailah ujung lidahku tepat di celana dalamnya bagian bawah. Aroma laki-laki segera tercium olehku. Aku cium-cium pelernya yang masih terbungkus dengan bibirku, entah apa bahasa tepatnya tapi aku biasa mengatakan "menguwel-uwel" bibirku nggak keruan di pelernya. Aku tarik keatas pinggiran celana dalamnya dan menarik satu biji pelernya keluar. Biji pelernya besar dan berbulu lebat, pasti banyak pejuh yang tersimpan disana. Aku membayangkan semprotan pejuhnya pasti banyak kalau pelernya seperti ini, pasti enak dan banyak sekali kalau aku telan pejuhnya. 

Dia masih tidur terlentang saat aku mulai mengemoti biji pelernya yang aku keluarkan satu itu. Aku kemot pelan sekali dan bagian bawahnya aku jilati. Kadang aku kesulitan juga karena bulu yang tumbuh di biji pelernya suka rontok dan mengganggu lidahku. Setelah puas aku masukkan lagi biji pelernya itu dan aku melihat dia sedang menggigit ujung bantal, aku yakin dia pasti ngerasa enak sekali. 

Dia menatapku saat kedua tanganku memegang pinggiran karet celana dalamnya dan pelan-pelan mulai kuturunkan. Ternyata tidak seperti dugaanku, bulu jembutnya tidak terlalu banyak sepertinya dia mencukurnya beberapa hari yang lalu. Tapi kontolnya membuatku sangat surprise. Dia ternyata masih punya kulup dan kepala kontolnya yang berwarna merah keunguan sudah menyembul keluar dari kulit kulupnya dan sudah basah! 

Aku paling suka kulup dan aku menjadi begitu bergairah. "Gila masih ada kulupnya," kataku. "Kenapa, nggak suka kulup ya?" tanyanya "Aku suka banget kulup." Dan tanpa membuang-buang waktu segera aku menjamah kontolnya yang sudah super ngaceng itu. Kontolnya tidak terlalu besar diameternya tapi panjang banget dan kepala kontolnya lebih gede dari batangnya sehingga menambah seksi dirinya. 

Kulit kulupnya kemudian aku tarik-tarik sampai menutup kepala kontolnya dan rupanya kulupnya panjang sehingga masih tersisa. Aku gigit-gigit pelan lalu kuturunkan lagi kulupnya sampai kepala kontolnya terlihat jelas dan dia rupanya sangat suka juga dibegitukan. Dia menggigit lagi ujung bantalnya. Lalu giliran batang kontolnya menjadi sasaranku berikut. Aku pegang batang kontolnya dan aku tempelkan diperutnya, lalu lidahku menjalari di seluruh batang kontol bagian bawah sampai aku berhenti di lubang kencingnya dan lidahku kuputar-putar disekitar pinggiran kepala kontol bagian bawahnya itu. 

Dia menyentak-nyentaknya kedua kakinya saat aku melakukan jilatan di pinggir kepala kontolnya itu dan sentakannya semakin keras saat ujung lidahku bermain-main menggeliti lobang kencingnya yang terus menerus ngeluarin cairan bening. Wajahnya terlihat merah dan terlihat berkerut seperti menahan sesuatu yang luar biasa. Dia bangun dan gerakan tangannya menyuruhku berhenti. Badannya yang putih kini terlihat memerah dibagian atas dan dia tersengal-sengal mengatur nafas sambil sesekali menggelengkan kepalanya. 

"Kenapa, kamu nggak suka ya?" Dia menatapku, "Aku hampir keluar tadi. Kamu lihai banget, semua yang aku suka tadi kamu lakuin" ujarnya. Aku tersenyum senang. "Aku entot kamu sekarang aja ya." "Tapi kontol kamu kan belum aku isap." "Nggak usahlah, aku nggak kuat. Nanti aku keburu muncrat, aku mau ngerasain ngentot laki-laki." Aku setuju dan tadinya dia mau cari-cari sesuatu buat ngebasahin batang kontolnya. "Nggak usah, aku jilat aja. Aku suka dientot kering aja, soalnya gesekan batang kontolnya berasa banget." "Nanti sakit lagi" kata dia. "Nggak kok, malahan enak banget." ujarku menyakinkannya. Dia mengangkat kedua bahunya tanda terserah aku. "Mau posisi bagaimana?" tanyaku. "enaknya gimana?" dia balik bertanya. "Kamu pernah ngentot pacar kamu posisi kamu di bawah nggak?" Dia menggeleng. "Ya udah kita coba gaya itu aja." 

Dia merebahkan kepalanya di kasur dan aku mengangkangi kontolnya. Aku turun pelan-pelan dan saat ujung kepala kontolnya yang aku pegangin itu menyentuh lobang anusku aku berhenti sebentar untuk menarik nafas, ini sesuatu yang paling aku tunggu. Dia menatap ke arah kontolnya dan aku pelan-pelan memasukkan kepala kontolnya sedikit demi sedikit. Aku meringis dan menggigit bibir bawahku saat kepala kontolnya yang besar itu mulai masuk setengahnya. Lobangku mulai terbuka sangat lebar, karena kepala kontolnya salah satu yang paling besar yang pernah masuk ke lobang anusku. 

Aku meringis dan mengeluarkan suara tanda aku sedikit kesakitan karena memang kontolnya masuk dalam keadaan kering tanpa pelumas. dan PLOPP...!!! masuklah semua kepala kontolnya dan aku mendesah lega. Saat aku membuka mata dia sedang menatapku dengan muka yang mengernyit seperti merasakan sesuatu yang aneh. "Sakit ya?" tanyanya. "Nggakk.. hhh ... enakkkk." Aku mulai menaik turunkan pantatku dan dia terlihat mulai menikmatinya, terbukti dia mulai semakin banyak menggeram. Bahkan setelah beberapa lama ketika aku menaikkan pantatku dia menghujamkan batang kontolnya ke atas pertanda dia ingin terus mengocok lobang pantatku. 

Aku istirahat sejenak di atas perutnya dan menggeol-geolkan pantatku untuk memutar-mutar batang kontolnya dan dia menggeram keras lalu dengan sekuat tenaga menghujam-hujamkan kontolnya sampai aku hampir jatuh. Melihat dia semakin ganas, aku memutuskan berganti gaya yang biasa. Posisi aku dibawah dengan memberikan bantal tipis dipantat biar lobang pantatku agak naik dan memberikannya kesempatan mengentot lobangku sekuat yang dia bisa. 

Kedua kakiku kutekuk dan dia membimbing batang kontolnya masuk kembali ke lobang pantatku lalu menekannya kuat. Aku mengeluarkan suara seperti hendak buang hajat saat dia memasukkan batang kontolnya, rasanya sakit sekali karena dia memasukkannya dengan paksa dan sekuat tenaga. Dia sepertinya kesetanan dan menjadi buas sekali. Tanpa memberiku kesempatan untuk mengatur nafas, dia mulai memompa lobang pantatku sekuat tenaga. Mukanya mengernyit menahan enak dengan suara geraman dia pompa lobang pantatku dengan batang kontolnya dalam tempo yang sangat cepat. 

Posisi seperti ini membuatku sangat nyaman, batang kontolnya yang panjang membuat ujung kontolnya dengan mudah menyentuh sesuatu di dalam lobang pantatku yang membuatku merasa begitu keenakan. Wajahnya memerah serta keringat menetes banyak sekali dan dia menggeram keras sambil terus mengentotin pantatku tanpa henti. Sensasinya luar biasa dan dia sudah begitu kesetanan dengan liarnya ngentotku sampai tempat tidurnya berderit-derit. 

Nggak banyak gaya yang bisa aku buat karena dia sudah begitu liar, tapi itu nggak penting karena aku sudah merasa enak. Semakin lama erangannya semakin keras dan mulutnya terbuka lebar serta tusukan kontolnya semakin kuat, pantatku dipukul-pukul oleh pelernya. Aku sudah nggak tahan lagi, apalagi saat melihat ekspresi muka gantengnya yang keras itu saat mengentotku liar dan menahan enak membuatku ... CROTT ... CROTTTTT... CROOTTTT... Pejuhku tumpah ruah keseluruh badanku dan ke kasur, banyak sekali. Ini pasti pejuh terbanyak yang pernah aku semprotkan. 

"Keluarin dimukaku aja." kataku saat melihat dia semakin terengah-engah. Dia menarik batang kontolnya dan mengarahkan dimukaku. "ARGHHHHHH ... SETANNNNNN" geramnya sambil memukul-mukulkan batang kontolnya di wajahku, sakit tapi enak sekali. Lalu ... kembali CROTTTTTTTT ...CROTTT...CROTTT....CROTTTTTTTT Semburan panas keluar dari lobang kencingnya membasahi seluruh wajahku. Dia teriak keenakan meski suaranya ditahan biar tidak didengar orang. Seperti juga aku, pejuhnya bahkan beberapa kali lebih banyak menyemprot dari pada pejuhku. 

Dia selesai menyemprotkan pejuhnya dan mengatur nafas. Aku memegang batang kontolnya dan menjilati sisa pejuh yang masih mengalir dari lobangnya. Kadang aku poleskan ke seluruh pipi dan bibirku jika masih ada sisa pejuhnya yang meleleh. Dia kemudian bangun dan duduk selonjor di kursi plastik, dan kedua kakinya terbentanglebar di atas kasur membuat pemandangan yang indah buatku. 

"Gimana?" tanyaku. "Setan, enak banget." Dia terdiam begitu juga denganku. "Besok kita ngentot lagi yah, malam ini aku mau nonton sama pacarku." katanya. Aku tersenyum dan mengangguk senang.

Aan Pembantu Berkontol Gede

Pas gue lulus SMU gue dapat universitas dilain kota dan kebetulan orang tua gue punya rumah disitu sehingga gue bisa nempatin rumah itu sendirian. Emang sih asyik juga tinggal sendirian dan keluar dari rumah ORTU. Gue tinggal dirumah sendirian sama pembantu, pembantu gue ini udah ikut lama sama orang tua gue, jadi dia yg nyiapin perlengkapan gue mulai dari makan, cleaning, strika, dll. Sayangnya pembantu yg ada diortu gue pulang, jadi terpaksa si mbok yg kerja ditempat gue harus balik lagi ke ortu dan gue jadi sendirian nggak ada pembantu. 


Beberapa hari tanpa pembantu, hidup gue jadi rada berantakan juga. Terpaksa gue kuliah pake baju yg kucel nggak disetrika, makan supermie tiap hari, so is life. Dan nyokap gue juga masih belum nyariin yg baru. Saking nggak tahannya akhirnya gue dapet alamat penyalur pembantu dari temen yg katanya gue bisa dapet pembantu yg bagus dan betah. Ngomong punya ngomong gue langsung hubungin penyalur itu. Gue telfon and bicara sama ibu2. Gue jelasin aja langsung bahwa gue lagi butuh pembantu yg all in, bisa macem2 dan kalo bisa yg betahan, nggak cuman keluar masuk semau dewek. Si ibu balik nanya, apa gue butuh pembantu yg rada tua atau muda, gue bilang terserah deh yg penting bagus, terus dia nanya lagi mau cowok atau cewek. Langsung aja sifat jantan gue bereaksi, kebetulan kalo bisa milih, yah gue pilih cowok aja deh, biar bisa rada cuek dan nggak risih, soalnya gue kalo dirumah lebih enak pake celana dalam doang. Akhirnya si ibu ngejanjiin bakal ngirim cowok yg muda besok pagi sesuai pesanan gue. 


Besokannya yg kebetulan hari Sabtu, gue tenang2 dirumah sambil nungguin pembantu baru dateng. Pagi2 kira2 jam 9 datang cowok yg konon disuruh ibu penyalur untuk kerja ditempat gue. Terus gue tanya2 sedikit, akhirnya gue punya kesan ini cowok rada dekil dan pemales. Tapi apaboleh buat gue biarin aja nyoba dia kerja utk beberapa hari. Soalnya rumah udah mulai berantakan. Firasat gue akhirnya bener, pembantu baru ini nggak bisa disamain sama si mbok, orangnya males banget dan rada kurang ajar. Gue liat juga kerjanya jorok banget, dan akhirnya gue telfon ibu penyalur untuk menyampaikan complaint bahwa gue kurang puas sama dia. Untungnya penyalur ini cukup serius juga, bahkan si ibu langsung minta maaf, dan menawarkan pembantu lain. Setelah ngomong panjang lebar ditelfon, dia bahkan bilang: ...kalo mas pengen lebih pasti lagi, lebih baik mas datang aja kesini, disini ada 3 laki2 yg belum dapat kerja, mereka rajin dan bersih..., akhirnya gue setujuin aja gue datang kerumah siibu penyalur yg kebetulan cukup jauh dari rumah gue, untungnya gue punya mobil. 


Pulang kuliah, sore2 gue nyempatin diri datang kerumah penyalur pembantu. Setelah gue cari cukup lama akhirnya ketemu juga. Gue langsung disambut sama siibu yg biasanya kita cuman kenal pertelfon. Tapi siibu menunjukan bahwa dia orang yg ramah, gue langsung disuruh duduk dan disuguhin minum. Sementara gue nunggu siibu panggil calon2 pembantu, akhirnya datang 4 kandidat, dan gue langsung salamin satu persatu. Tapi emang jodoh, diantara 4 cowok didepan gue ini ada satu yg rada menarik perhatiaan. Rambutnya tersisir rapih, kulitnya putih bersih, badannya tegap dan tinggi. Dan yg paling gue suka adalah sopan santun. Langsung aja gue bilang sama siibu, bhw gue ambil anak itu. Setelah pembayaran administrasi dan nego gajih selesai, gue bawa langsung pembantu putih ini pake mobil kerumah. Diperjalanan gue tanyain berapa lama dia udah kerja, asal dari mana, dll. Konon namanya dia Aan, orang Sunda dan dia udah pernah kerja 2 tahun di Bandung sebagai pembantu dan penjaga toko. Sampe dirumah gue langsung tunjukin kamar dan apa aja yg harus dia kerjain sehari2. 


Setelah gue seminggu perhatiin, gue ngerasa cocok sama dia, semua kerjaan dikerjain dengan rapih dan nggak banyak cing cong. 


Lama2 gue kesian ngeliat dia yg pake baju cuman itu2 aja, akhirnya gue sumbang T-Shirt gue yg gue udah bosen pake dan celana pendek yg biasanya gue pake untuk fitness beberapa potong. Biar lu tau aja biasanya gue selalu beli celana sport yg sexy dan ketat. Kebetulan badan dia nggak beda jauh dari gue, jadi dia bisa pake dan pas. 


Ceritanya gue pulang dari kuliah, gue liat si Aan lagi nyuci mobil sambil pake celana sport mini yg gue kasih. Langsung aja gue bengong, karena selain dia udah basah kuyup, celananya yg basah ngejiplak abis, jadi lekuk pantat dan kontolnya keliatan jelas. Pikiran jorok gue langsung bekerja. Daripada gue langsung masuk rumah, gue ajak si Aan ngobrol aja sambil dia nerusin ngelap mobil. Gue perhatiin badannya yg cukup berotot, tangannya yg kuat dan berurat dan kakinya yg mulus buat gue langsung ngaceng. Gue perhatiin juga jiplakan dibalik celana basah yg nonjol. Pengennya sih gue langsung mijat2 pantatnya dia, tapi birahi tetep gue tahan, supaya nggak keliatan sama dia. Setelah itu gue masuk kerumah dan sebelumnya gue pesen ke dia: An, kalo lu abis mandi tolong buatin gue teh dan bawa kekamar... Si Aan ngangguk dan bilang saya udah selesai kok mas, nanti Aan langsung buatin teh. Gue nyaut: jangan sekarang deh, lu mandi aja dulu, setelah itu lo kekamar gue, ok. Sebenarnya gue udah nggak tahan lagi nahan birahi dan pengen langsung ngesex sama si Aan, tapi apaboleh buat, niat itu gue harus simpen dulu. 


Akhirnya sebelum gue nonton tv, gue mandi dulu supaya bersih, maklum tadi dikampus udah keringetan. Dibawah shower gue ngebayangin badan si Aan, dan sambil maenin kontol yg udah ngaceng. Gue kocok tapi nggak sampe orgasmus, sayang soalnya seudah mandi gue pengen nonton bokep VCD dan gue bisa lebih enak ngocok sambil nonton. 


Selesai mandi gue andukan ngeringin paha dan kontol yg rada lembab. Keluar dari kamar mandi rupanya dikamar si Aan udah nungguin siap dengan teh pesanan gue. ...Mas ini tehnya, kalo kurang manis saya bawain gulanya lagi... ; ...nggak usah An, gue nggak suka terlalu manis, dan gue juga ngejaga badan supaya tetap sehat dan nggak gemuk, oleh sebab itu badan gue keliatan atletis dan otot2nya jadi, walaupun nggak segede2 binaragawan. ; Kalo mas masih ada perlu lagi, panggil Aan lagi aja nanti... ; ...tunggu An, temenin gue dulu deh disini, lu duduk aja dikursi jangan berdiri terus... ; Karena sopannya si Aan langsung aja duduk dilantai sebelah kasur gue. ...Jangan An lu duduk aja dikursi, nggak usah malu2... 


Disamping itu gue bener2 horny dan otak jantan gue yg lagi birahi mulai ngerembes diseluruh aliran darah gue yg lagi kehausan kontol cowok jantan, otak gua yg ada cuman KONTOL KONTOL dan KONTOL. Kontol gue dibalik handuk udah mulai nggak mau kompromi dan langsung keras nusuk handuk yg ngelingkar dipinggang. 


An, lu bisa mijet nggak?? tanya gue rada terengah2 karena nahan napsu. Nggak terlalu bisa sih mas, tapi pernah juga mijet temen dan katanya pijetan saya enak...kata si Aan malu2. Ah.. nggak masalah An, tolong dong pijetin gue, badan gue agak pegel nih....kata gue bohong. Padahal pikiran gue cuman pengen tangan si Aan ngeraba seluruh badan gue yg bener2 sensitive sama lautan horny. 


Setelah itu gue cari Nivea dibawah tempat tidur yg biasanya gue pake sebagai pelumas kontol kalo lagi ngocok diatas tempat tidur. Terus gue ambil posisi tengkurap diatas tempat tidur dan handuk mini gue tetep masih melingkar dipinggang untuk nutupin pantat gue. ...Aan boleh duduk diatas tempat tidur mas?... ; Duduk aja, biar lebih enak lagi, lebih baik lu buka aja kaos oblong lu... sahut gue; ...emang boleh mas? tanya Aan lagi. Iya nggak apa2 dan keliatannya celana lu kotor, lu buka aja sekalian. Si Aan malu2 bilang, kaos aja deh yg dibuka mas, biar celana pendeknya tetep Aan pake...; ...Jangan deh An, nanti kasur gue kotor, lu buka aja celananya, kan elu pake kolor, lebih enakan mijet cuman pake kancut doang supaya elu bisa naek keatas tempat tidur dan leluasa...kata gue ngebohong sambil sedikit maksa..., masalahnya gue pengen banget dia mijet sambil kontolnya rada nempel ke paha, kan horny banget tuh....Akhirnya dengan malu2 si Aan ngikutin juga kemauan birahi gue.... hehehehe 


Pertama2 dia mijet betis gue rada lama; An rada naekan dong sedikit...pahanya... Paha gue diolesin nivea sama si Aan, pijetannya bener2 enak dan buat gue makin horny aja...Lama2 gue naekin handuk gue supaya pantat gue bisa keliatan lebih jelas lagi, dan si Aan bisa ngeremas2 pantat gue yg ototnya berbentuk dan cukup sexy. Dibalik itu kontol gue udah keras banget sampe dipuser dan udah keluar precum banyak banget, gue bisa ngerasain basah2 anget diperut gue. ...An kamu duduk dipantat gue dan pijetin punggung gue juga yah... ; Iya Mas !! jawab Aan. Dan akhirnya gue bisa ngerasain gundukan kontol si Aan yg hangat dan masih pake celana dalam diatas pantat gue dan tangannya sambil mijet pundak gue. Terasa juga kontolnya udah agak keras nusuk bantalan pantat gue....wah nggak tahan deh pokoknya. 


...An, cukup deh, sekarang lu pijetin dada gue deh, gue balik dulu badannya.... Aan terus pindah kesamping setelah dari tadi duduk diatas pantat gue, gue curi2 pandang juga sambil perhatiin tonjolan dibalik kolornya yg warna biru tua. Dia posisikan kontolnya keatas, jadi bisa keliatan bahwa penisnya udah setengah ngaceng. Setelah gue balik badan dan telentang, gue suruh si Aan mijet dada gue dan sekitar perut. Sementara si Aan mijet dari Samping. Wah An, nggak enak tuh keliatannya, mendingan lu duduk diatas paha gue, biar lebih enak. Si Aan nurut aja sampe disitu... tapi tunggu dulu, gue buka aja deh handuknya. Handuk gue lempar kebawah, dan kontol gue ngaceng gede banget nempel sampe ke puser dan buah zakar gue masih ketutup sama kulupnya. Dibagian lubang pipis nempel cairan seperti embun, cairan precum yg dari tadi ngucur dari kontol. Si Aan bener2 kaget dan tercengang2 ngeliat kontol gue yg ereksi keras dan gede banget diatas perut. ...Mas, belum disunat yah...tanya Aan. Belum tuh, jawab gue. Kenapa gitu? tanya gue lagi. Enggak sih... saya baru pertama kali liat barang laki2 yg belum disunat...dan apalagi lagi ngaceng gini... ; Lu suka kontol yg nggak disunat nggak An? ... si Aan cuman senyum sambil nunduk dan mukanya merah banget, mungkin malu banget ditanya gue kaya gitu. Setelah itu dia duduk percis diatas kontol gue dan langsung mijet tete dan dada gue. Kontol gue yg panjang bersentuhan sama kontol si Aan yg masih dibungkus kolor....kadang2 gue maenin kontol gue sambil diusap2 kepahanya. 


Lu udah pernah ngewe sama cowok belum An? Si Aan langsung kaget2 gue tanya kaya gitu, dan napasnya langsung terbata2. Dia nggak jawab sedikitpun, cuman mukanya aja merah padam. Nggak tau dia marah atau dia malu, tapi biar aja deh...yg penting gue mau nanya jujur kedia. Sambil Aan masih juga mijet dada gue dan kontolnya yg ngegosok kontol gue yg basah, gue tanya lagi. Kontol gue sama kontol kamu gedean punya siapa? tanya gue...Punya mas lah lebih gede ! jawab Aan ; ...masa sih? kata gue pura2... kalo gitu liat dong.. paksa gue. Idih...malu ah mas.... ; nggak usah malu deh, kan kita sama2 cowok, buka deh kolor kamu! ...Jangan ah mas, Aan malu...; nggak apa2 An...gue aja dari tadi telanjang nggak malu, dan elu udah dari tadi ngeliat kontol gue... Akhirnya gue paksa Aan buka celana dalamnya, dan agak sedikit ditahan akhirnya CDnya kebuka juga....Gue nggak nyangka kontol lu gede juga yah An...item lagi, uratnya nonjol gitu. Tangannya berusaha nutupin kontolnya yg udah ngaceng, tapi tetap nggak bisa ketutup karena panjang dan diameternya lebih gede dari tangannya sendiri. Gue cuman tersenyum girang banget...akhirnya gue tau bahwa dia juga ketularan birahi. 


Sementara itu Aan balik duduk diatas paha dan tangannya mulai mijet dada . Kontol & peler Aan ngegesek percis diatas kontol gue, dua2 nya ngaceng abis dan mulai mengeluarkan precumnya masing2. Tangan gue ngeremes2 pantat dia yg gempal dan sekali2 mijet tetenya yg masih perawan. Gosokan kontol Aan ke kontol gue makin panas, dan gue cuman bisa aaahhh...ahhhhh enhaakk banget An...terusin....Aan pun makin nggak konsen mijetnya, napasnya mulai naek turun....akhirnya gue tarik aja badannya nidurin badan gue. Kepalanya gue tarik rambutnya gue usap2, dan akhirnya bibir gue nggak tahan nyium bibirnya yg kasar. Nafasnya bau odol makin gue nggak ragu2 lagi nyodorin lidah gue masuk kemulutnya. 


Gue tau mungkin ini baru pertama kali Aan ciuman sama laki2, karena dari iramanya masih berantakan. Tapi gue tetep maenin lidah gue nyipok mulutnya. Aan cuman bisa mendesah2....mmmmhhh mmhhhh nikmatin ciuman ini sambil matanya terpejam dan kadang2 meringis.... 


Sambil gue balikin badan Aan supaya telentang, gue memohon kedia supaya tetap tenang... An...gue pengen ngerasain kontol kuda lu yg item, buka paha lu yg lebar.... Aan ngeliatin gue kebawah yg lagi ngisep kontolnya yg berurat... nnyyhhh nyyuppph cllkckk cllkkck. Pelan2 bijinya juga dikulum dan sedikit digigit, dia meringis.... dan mendesah2...ahhnghhhh ngghhh ...Pahanya gue buka lebih lebar lagi supaya keliatan lubang pantatnya yg sedikit berbulu....aduh...bagus banget nih anak....lubangnya item dan pantatnya berotot.....setelah itu gue jilat dan lubangnya difuck pake lidah....Aan langsung kaget....jangan mas....kotor...., jangan.... ; nggak papa kok An...gue pengen banget service pantat lu.... pasti kamu suka deh...., akhirnya gue maksa supaya dia tetep tenang, dan lidah gue mulai maenin lobangnya yg item jantan. Tangannya mulai pegang kepala gue dan rambut gue dijambak sekuat2nya....Aan tetap keenakan dengan jilatan lidah gue.... 


Sekarang gantian dong...lu isep kontol gue. Tanpa a i u lagi langsung kontol gue dikenyot kaya orang rakus dan kehausan peju... Biji gue juga diisep dua2nya...nikmat banget. Setelah itu gue nungging dan minta Aan ngejilat pantat gue. Awalnya dia cuman ngejilatin bulu2 dipinggir pantat, tapi lama2 dia jadi kesetanan, lobang gue disedot abis dan dimaenin sama lidahnya....sampe gue puas. 


Aan meluk gue lagi dan kita ciuman lagi, kontol kita saling bergesekan, perut kita udah basah sama precum. Keringat gue dan keringat Aan ngucur makin banyak, badan kita udah mengkilap basah dan bergesekan. Licin banget dan horny banget. Aduh...duh...mas.... Aan mau keluar nih..... ; tunggu An, tahan bentar, kita barengan ngecretnya....Aan jongkok didepan gue dan gue telentang, kita dua2nya ngocok kontol masing2 sekuat2nya, tapi tangan kiri megang biji lawannya. Gue paksa jari manis gue nusuk pantat Aan, dia kesakitan, tapi kocokannya makin kenceng. An...jari lu juga masuk pantat gue dong.....dan jari Aan masuk juga pantat gue sedalam2nya.... Kita ngocok hadap2an..... hhhammmm ckkllllkc hmmmmhh ahhhhh ahhhh ahhhh Aduh gue keluar nih bentar lagi... ahhh saya juga massssh.. sekarang.... muncratin ke perut gue semua maninya An....yaaa yaaah yahhhhhhhhh... ooooh ohhhh crrt crrrrrrt crrrrrt oh mas demi Allah saya suka kontol mas ...ahhhh ahhh crot crot. Mani Aan ngebanjirin perut, dada dan tangan gue, sementara kontol Aan penuh sama peju gue. 


Badan kita berdua ngegelinjang kaya kesetrum listrik 1000 watt. Aduh....nikmat banget...lemes banget.... 


Kita berdua ngebiarin mani kita nempel ngebasahin perut masing2. Gue peluk Aan dan ciumin bibirnya. Capek banget tapi nikmatnya nggak ada duanya. Gue bisikin pelan2... An, nanti kalo setengah jam ngaceng lagi lu entot pantat gue yah....gue butuh banget....nanti gue entot juga pantat lu...Aan cuman bisa bilang, iya mas...Aan juga pengen nyoba. 


Terus kita istirahat sambil liat bokep gay, dan setengah jam kemudian maen lagi....

Aku Dan Supir Truck

Sering sekali aku berkhayal kontol-kontol supir truk yang terkenal suka "jajan" itu nancep di lobangku, terkadang kalau aku sedang berada di jalan dan melihat mereka suka kencing di pinggir jalan dengan kontol terlihat kemana-mana rasanya pengen aku samperin dan aku emut, sayangnya aku nggak punya keberanian itu. 

Aku sama sekali nggak nyangka bahwa semua keinginanku ini terwujud. Hari sabtu yang menyebalkan, seharusnya semalem aku bisa pesta pora ngocok kontolku sambil nonton VCD gay yang kubawa dengan fantasi-fantasi liarku saat menatap kontol-kontol bule yang gede-gede itu. Tapi dasar sial, keluarga kakak ayahku datang dan menginap di rumah, dan karena kamar di rumahku tidak terlalu banyak jadi terpaksa kakak sepupu tidur di kamarku, batal deh. 

Hari ini aku harus kembali ke kota tempatku bekerja karena besok aku malas kalau harus subuh-subuh berangkat dari rumah orang tuaku yang jaraknya sekitar 2 jam perjalanan ke kota. Sambil menunggu bis yang emang agak-agak susah aku memandangi kendaraan yang lewat. Sampai ada sebuah truk yang lewat, sebenarnya truk itu biasa saja karena dari tadi juga banyak yang lewat, tapi mereka menjepit celana jeans dan celana dalam di depan mobil, mungkin baru mereka cuci biar kering. 

Timbul ide dalam otak mesumku. Selama ini para supir truk terkenal suka ngeseks, dan aku yakin kalau ada dinatar mereka yang gay atau biseks. Karena tempatku menunggu hanya ada aku seorang, maka aku berdiri disisi jalan menunggu truk yang lewat. Beberapa sudah lewat tapi mereka tidak berhenti, sekedar tahu saja aku melambai untuk menumpang dengan meletakkan tangan kiriku di gundukan selangkangan sebagai kode. Sekitar 20 menitan tidak sukses, tiba-tiba truk yang barusan lewat berhenti dan kemudian mundur. DEGGG ... antara takut dan senang aku menunggu apa yang akan terjadi. 

Seseorang membuka pintu penumpang, lalu muncul wajah yang nggak terlalu ganteng tapi dilihat sekilas sangat laki-laki sekali. Ia menanyakan tujuanku dan kemudian aku sebutkan, lalu dia mengajakku naik ke truknya karena kebetulan arahnya sama. Truk akhirnya jalan dan aku mulai sering curi pandang, ternyata supir truk ini cuma memakai celana boxer yang tipis dan kaus oblong warna hitam. Kulitnya agak gelap dan kulihat pahanya penuh bulu, seketika kontolku ngaceng melihat bulu-bulu itu karena aku sangat suka dengan bulu-bulu di paha dan jembut. "namanya sapa mas?" tanya supir itu, dari logat bicaranya dia seperti orang batak. "Yudi," jawabku. "mas sendiri?" "Luhut," Kami terdiam sebentar karena dia konsentrasi ke jalan, kesempatan aku gunakan untuk melihat tonjolan di boxernya, sepertinya dia sedang ngaceng. "Tadi ngapain berdiri sambil megang selangkangan?" tanyanya. Wah mulai nih pikirku. "Biasa, pagi-pagi gini kontol pada ngaceng, gatel pengen kocok," jawabku berani. "Sama, nih kontol aku juga sudah ngaceng," ujarnya sambil memegang tonjolan di daerah kontolnya. "biasanya kalo dah ngaceng gitu diapain mas?" tanyaku lagi. "Kalo nggak dikocok, paling-paling mampir di warung nyari lobang," jawabnya sambil cengengesan. "Kalo ngocok emang bisa sambil nyupir?" "Yah dibisa-bisain lah," Kemudian tangannya mengelus-elus kontolnya dari luar celana, ia konsentrasi sebentar ke jalan, kemudian tangan kirinya masuk ke dalam boxer dan membuat gerakan keluar-masuk. 

"repot nanti mas, sini saya bantuin ngocok," kataku. ia menatapku sambil kemudian tersenyum, "kok nggak bilang dari tadi," Kemudian tangannya keluar, lalu dengan yakin aku merunduk ke dekat selangkangannya. aku memasukkan tangan kananku ke dalam boxer dan baru saja masuk jemariku langsung bersentuhan dengan kepala kontolnya yang segera ku genggam dan ku elus-elus. Aku keluarkan tanganku lalu menarik boxernya sampai sedengkul dan sekarang kontolnya sudah terlihat jelas olehku. 

Kepala kontolnya gede dan batangnya berurat dengan panjang seperti milikku, dan jembutnya lebet banget. Aku menjadi gemes dan segera aku usap-usap serta kusibak rimbunan jembutnya dengan jemariku. Batang kontolnya berdenyut-denyut tanda dia terangsang hebat. Aku menggenggam batang kontolnya dan aku mulai kocok, saat itu aku kaget ternyata dia belum disunat dan inilah kontol pertama yang belum sunat yang aku pegang. Aku tarik kulupnya ke atas hingga menutupi kepala kontolnya, aku mendengar dia mengerang-erang. 

Kini posisiku tengkurap dan wajahku tepat di atas kontolnya. Aku masih terkagum-kagum dengan kulupnya, dan kulupnya yang masih menutupi palanya aku gigit pelan sampai kurasakan dia menggelinjang. "Aduh .... enak banget. Suka kulup ya?" "Iya, sedep." Aku menyedot kulupnya agak kuat dan sesekali aku sesap-sesap. Kemudian kulit kulupnya aku turunkan sehingga kepala kontolnya muncul lagi. Aku angkat batang kontolnya ke atas hingga menyentuh perutnya sehingga bagian bawah batangnya kini menghadapku. Ini adalah bagian kesukaanku, aku mendekatkan wajahku ke batang kontolnya dan aku jilat bagian frenulumnya (bawah dekat lobang kencing) hingga ke lobang kencingnya, lalu ujung lidahku sedikit kumainkan di lobangnya sampai dia sedikit melompat dari tempat duduknya mungkin karena kaget dan enak. Aku turunkan lagi lidahku perlahan-lahan hingga kepangkal batang bagian bawah. 

Urat-urat kontolnya juga mempesona, berkali-kali aku rasakan urat-uratnya menyentuh lidah dan bibirku. Aku jilat lagi keatas hingga frenulumnya, kemudian ujung lidahku aku peletkan di pinggiran topi bajanya dan memutar beberapa kali hingga kemudian berakhir lagi di lobang kencingnya yang kembali aku mainkan dengan ujung lidahku. Aku melihat lendir bening keluar dari lobang kencingnya dan tanpa ragu aku jilat habis. Lalu dari topi kontol bagian atas aku mulai menelusuri senti demi senti batang bagian atasnya hingga ke pangkal kontol yang tertutup oleh rimbunan jembut. Aku jilati jembutnya yang super lebet itu, ahhh sedep banget, buat yang suka jembut seperti aku ini adalah sensasi yang paling nikmat. Aku benamkan hidungku di hamparan hitam jembutnya dan kugosokkan berkali-kali hidungku dan berkali-kali dia mengeluarkan erangan. 

Lalu aku merasa mobil berhenti. "Kenapa mas?" "Nggak apa-apa, susah nyupir kalo kontol diginiin," ujarnya. Jadi aku kembali melanjutkan aksiku, kali ini malah semakin nikmat ada sensasi tambahan saat dia melihat aksiku. Aku sekarang sudah di bagian kepalanya dan aku jilat-jilat seluruh helm daging itu kemudian memasukkannya ke dalam bibirku dan kusedot dengan kuat-kuat hingga dia kelojotan di bangkunya sambil meracau kata-kata tak jelas. Mungkin lonte-lonte yang selama ini dia entot nggak pernah ngisep kontolnya. Aksi sedotku tetap aku teruskan dan kulihat matanya terpejam menahan enak. Kami terhanyut oleh suasana itu sehingga sama sekali tidak memperhatikan sekeliling ketika tiba-tiba muncul seseorang di pintu jendela tempatku berada. "Gila kau Hut!," suara itu tiba-tiba muncul. Aku kontan kaget dan kurasa luhut juga seperti aku kagetnya. Aku menghentikan jilatanku dan menatap ke arah suara yang ternyata datang dari sebuah wajah yang terlihat keras dengan kumis tipis dan rambut yang keriting. Kutaksir ia berusia 26-an. 

"Kupikir mobil kau kenapa-napa, tak tahunya lagi asik kontolmu di sedot," ujarnya. "Ah kau Ben bikin aku kaget saja. Kau tak tahu enak kali kontol diginikan, mau coba?" Luhut kemudian memegang kepalaku dan didorong pelan ke selangkangannya tanda ia ingin aksi dilanjutkan. JAdi aku kembali melanjutkan aksiku dan mulai menyedot-nyedot kontol luhut. Pintu mobil tempatku berada terbuka, lalu orang yang tadi naik dan dia memperhatikan apa yang kami lakukan. Aku sengaja membuat suara ribut dengan mulutku, berharap orang ini terangsang juga. "Enak hut?" "Enak Ben, kamu coba juga lah," "Hei, kamu mau nggak isep kontolku juga?" tanya orang itu. Aku melepaskan isapanku dan menatapnya. "Mau banget, tapi tempatnya sempit," Orang itu terlihat berfikir, lalu ia berkata, "Hut, gimana kalo kita ke rumah Bonar aja, sepi paling-paling cuma ada Bonar," "Ya bereslah, mau nggak kau?" tanya luhut kepadaku Aku mengangguk dan kembali mengisap kontol luhut. Orang tadi masih di tempat yang sama memperhatikan aksiku dan Luhut. 

Sementara tangan kananku sibuk memegang batang kontol Luhut, sekarang tangan kiriku bergerak ke belakang dan menuju selangkangan orang itu. Dia memakai celana jeans, tapi bisa kurasakan kontolnya sudah mengeras dan kontol itu aku remas-remas. "Hut aku tak tahan juga nih, kita ke depan aja di dekat lembar (tempat reklamasi pantai yang rimbunan pepohonan) aku pengen ngerasain juga," "Agghhh, kau ini Ben, ya sudah kau turunlah," Orang itu turun dari mobil dan menutup pintu, tak lama kudengar suara mesin mobil dan mobil kami juga jalan. Aku tetap menghisap-hisap kontol luhut yang semakin banjir cairan bening. Tak lama mobil kembali berhenti "Kita turun yuk?" Kami turun dan saat itu bisa kulihat figur Luhut dengan jelas. Ia cukup tinggi sekitar 165cm dan agak gemuk, celananya sama sekali tidak dinaikkan dan kontolnya yang ngaceng masih teracung-acung di luar. "Lama sekali si Beni ini," ujar Luhut. Nama supir truk itu rupanya Beni, dan sekarang dia turun dia hanya memakai celana dalam biru tua yang terlihat kendor dan membawa sarung. "Cepatlah kau Ben, pejuhku kayaknya sudah mau nyemprot," "Sabar hut," Beni kemudian menggelar sarung di rerumputan dan aku mulai menelanjangi diriku. Dengan tinggi 175cman dan berat 68Kg, meski tidak terlalu berotot rasanya tubuhku cukup menggoda, apalagi aku berkulit putih mulus. 

Sekarang aku berbaring terlentang di sarung dan kutarik kontol Luhut yang kemudian berlutut lalu aku jilati lagi bagian kontol bawahnya. Kemudian Beni bergabung dan Beni ini tubuhnya proporsional sekali, badannya berotot, mungkin dia suka mengangkat barang, kulit gelapnya sangat seksi. Dia nggak tampan, tapi aku sama sekali tidak perduli. Inilah enaknya kontol mereka yang suka di sebut pekerja kasar, mereka nggak penting tampang yang penting bisa puas, begitu juga aku, asal ada kontol, nggak perlu pemanasan dan romantisan segala. Asal birahi sudah bergolak bisa dapet rasa enak yang luar biasa. 

Saat menatap kontol Beni aku kaget, kontol itu tak lebih dari 14cm, tapi diameternya sangat besar. Aku tangkap kontol beni dengan tangan kananku dan kudekatkan dengan mulutku. Kurasa mereka laki-laki sejati, karena mereka sama sekali tidak perduli dengan tubuh telanjangku, yang penting buat mereka kontol terasa enak. Aku kemudian berbalik dan kusatukan kepala kontol mereka hingga bersentuhan, lalu secara bergantian aku jilati bagian bawahnya hingga kuisap-isap kuat, bahkan terkadang kedua kepala kontol itu kucoba hisap bersamaan dalam mulutku, tapi kontol Beni yang gemuk membuat masalah. 

Seperti Luhut kontol Beni juga tak disunat. Aku tarik kulupnya lalu aku longgarkan dan pelan-pelan aku masukkan kepala kontol Luhut ke dalam kulup Beni yang panjang dan berhasil. Mereka mengerang bersamaan, lalu kedua kontol yang sudah menyatu itu aku kocok-kocok dan kujilat dari kiri ke kanan dan kusesapi seperti aku makan jagung bakar. Mereka terus mengerang enak, dan saat aku tarik kontol luhut, cairan lendir bening menetes dari kedua kontol, entah punya siapa. "Kau entot aku ya," pintaku kepada Beni. "Dimana?" tanyanya bingung. "Ya di lobang pantatku lah," "Nanti sakit," "Ah sudah Ben, kau embat sajalah, dia pasti sudah biasa,"kata Luhut yang kuiyakan dengan anggukan. 

Beni kemudian berdiri dan berjalan ke belakangku yang sudah dalam posisi menungging, kulihat dia meludahi tangannnya lalu ludah itu dipoletin ke kepala kontolnya dan dia menempelkan ujung kepala kontolnya tepat di lobangku. Luhut memperhatikan apa yang Beni lakukan, sementara tangan kananku terus mengocok kontolnya. Beni menekan kontolnya dan aku merasakan lobangku terkuak pelan-pelan. Agak susah juga karena kontol Beni memang sangat gemuk, tapi dia nggak menyerah meski sudah keringetan. "Gila sempit kali lobang kau," ujarnya. Kali ini dia menekan agak kuat dan aku berusaha serileks mungkin menghadapinya. Sedikit demi sedikit kepala kontolnya mulai masuk seiring rasa sakit yang juga mulai kurasakan. 

BLESS .... tiba-tiba kepala kontol itu berhasil masuk, dan aku mengerang keras karena rasanya cukup sakit. Kurasa Beni tidak pengalaman dengan laki-laki sehingga dia pikir lobangku sama saja dengan memek lonte yang pernah dientotnya. Dia terus membenamkan batang kontolnya dan aku mengerang-erang sampai akhirnya seluruh batang kontol dia amblas. Aku bernafas lega dan Beni mulai memompa lobangku, aku yang mulai terbiasa juga mulai mengimbangi gerakannya. 

Sambil tubuhku bergoyang-goyang akibat hantaman kontol Beni di belakang aku menjilat peler Luhut bagian bawah dan kuputar-putar lidahku di daerah itu. Enak sekali rasanya. Sekarang kontol Luhut sudah tenggelam dalam mulutku yang lincah memainkan lidah di dalamnya sehingga batangnya tetap terjilat. Terkadang aku sedikit tersedak juga saat Luhut dengan cepat membenamkan seluruh batangnya di mulutku dan hidungku juga terasa geli karena seluruh jembutnya terasa menggelitik. Dia menekan agak lama baru dilepaskan lagi. "Yang kuat mas, cepet entot yang kuat ...ARGGGGHHHHH ... ENAKKKK ... SHHHHH ... AHHHH," ujarku. Beni semakin semangat, dia semakin mempercepat temponya dan terus memompa dengan liar sampai biji-biji pelernya terasa menampar-nampar paha belakangku. 

Seluruh batang kontol Beni tenggelam dan ia tidak menariknya, diputar-putar pinggulnya sehingga menimbulkan rasa ngilu yang sangat nikmat di lobangku, apalagi jembut-jembutnya juga terasa menggelitiki kulit pantatku. Lagi ia menarik batangnya dan berteriak-teriak keenakan... "ARGGGGGHHHHHH.... SETAN KAU..... SETAN KAU ..... ENAKKKKK ....ARGGHHHHH...." racaunya. Aku merasakan desah nafas yang semakin berat dari Luhut, dan aku khawatir dia keluar sebelum sempat mengentot lobangku, jadi keluarkan kontolnya dari mulutku. "Jangan keluar dulu, entot dulu lobangku," kataku ke Luhut. Luhut mengangguk dan ia memperhatikan Beni yang masih memompaku. 

"Jangan keluar dilobang ya, keluarkan di mulut aja, mau ku hisap dan kultelen habis pejuh supir batak," ujarku. "Lepas aja Ben, biar ku entot dia, kau keluarin saja pejuh kau dimulutnya," ujar Luhut. Tiba-tiba kurasakan sangat kosong saat Beni menarik kontolnya dan aku berbaring telentang dengan kontolku mencuat ke atas tegang sekali seperti monas. Kurengkankan pahaku lebar-lebar, lalu aku minta Luhut dengan posisi yang sama untuk mengentotku. 

Kami sama-sama telentang dan karena lobangku sudah terbuka lebar oleh kontol Beni, dengan mudah kontol Luhut masuk. Tidak banyak gerakan yang bisa dilakukan dengan posisi ini. Kedua kaki Luhut berada disamping bahuku dan Luhut menghujam-hujamkan kontolnya dengan sesekali memutar pinggulnya, enak sekali. Kini giliran Beni menghajar mulutku, dia kangkangi tubuhku lalu tepat di atas wahku dia sorongkan kontol gedenya ke mulutku dan segera aku hisap sementara aku tangan kiriku mengocok kontolku sendiri. 

Beni terus menerus memompa mulutku yang menjadi sedikit lelah karena terbuka begitu lebar karena kontol Beni begitu besar. Belum lagi Luhut semakin garang di bawah. Aku tahan lagi .... Aku mengerang dan mengejan sejadi-jadinya .... "ARGGGGHHHHHHH....." teriakku, lalu CROOOOTT...CROTTT...CROTTT...CROTTT.... berkali-kali pejuhku muncrat dan entah mendarat dimana, aku menggelepar seperti ikan kehabisan nafas, nikmatnya tiada tara. Bersamaan dengan itu Beni membenamkan kontolnya dan aku sedikit tercekok saat tiba-tiba pejuhnya menyemprot langsung ke dalam tenggorokanku, seketika aku reflek dan mengeluarkan kontolnya yang masih menyemprotkan pejuh dan kemudian meleleh dari lobang kencingnya. 

Karena ejanganku tadi, otomatis membuat lobang pantatku mengkerut sehingga mencekik batang kontol Luhut sehingga dia juga mengerang keras, dan kurasakan semburan hangat di lobangku. "Sini mas, kesinikan kontolnya, aku pengen ngerasain pejuhnya," ujarku kepada Luhut yang kemudian mencabut kontolnya dan berjalan ke arahku. 

Sementara Beni mengelap-elap sisa pejuhnya di bibirku dan sesekali masih mengalir pejuh dari lobangnya yang aku jilat habis. Kini giliran kontol Luhut menempel di bibirku, dan kembali lidahku bergerilya menyapu sampai habis pejuhnya yang belepotan di kepala kontolnya sendiri. Kami semua terbaring bugil bertiga di sarung yang tidak muat untuk kami berbaring. Setelah mengelap sisa-sisa pejuh, kami berangkat lagi dan aku diantarkan ke tempat tujuanku. Enaknya pejuh supir batak, nggak perlu ada romantisan, nggak perduli tampang, yang penting punya kontol, maennya enak, PUASSS! 

Gue tunggu kontol-kontol lo semua, gendut, kurus, jelek, ganteng yang penting kontol lo berisi pejuh untuk muncrat di dalem mulut gue. AHHH, SEDEP!

Aku Dan Pak Pardi

Waktu itu aku berumur 16 tahun dan aku adalah anak seorang pejabat daerah. Aku tinggal di tempat yang pelosok, kebetulan daerah itu sedang dalam tahap pengembangan, letaknya di dekat laut dan rumahku dekat kaki gunung yang juga tak jauh dari laut. 

Ayah dan ibuku setiap hari selalu pergi, entah itu rapat, penyuluhan atau apapun itu. Hari itu ayah bilang padaku untuk memberikan amplop pada Pak Pardi, tukang kebun yang berusia 40-an, berambut keriting tingginya mungkin sekitar 160cm-an dan berbadan kekar dengan kulit kecoklatan terbakar matahari. Pak Pardi sedang mengurus kebon ayah. 

Sore itu sekitar jam 4-an, aku pakai sepeda pergi ke kebon. Sesampai di gubuk tempat Pak Pardi biasa istirahat dia tak ada. Jadi aku cari sambil sesekali memanggil. Ternyata dia ada di pinggir kolam ikan, sedang menanam bibit jati. Aku biasa melihat Pak Pardi bekerja hanya memakai celana panjang dan tak berbaju, badannya keren sekali. Tapi hari ini pemandangan itu berubah, kulihat Pak Pardi hanya memakai celana kolor berwarna biru yang sudah hampir pudar warnanya.

Perlahan aku dekati dan berusaha tak membuat suara. Kontolku seketika ngaceng, apalagi semakin aku dekat dengannya aku semakin jelas melihat celana kolornya sudah tidak ketat lagi, karetnya sudah kendor sehingga karetnya turun dan disatu sisi aku melihat tonjolan yang lumayan besar, lalu disisi samping kiri dan kanannya aku melihat jembutnya yang menyeruak. 

Lalu dia mengambil bibit dan menungging untuk menanamnya. Ternyata bagian bawah celana kolornya robek lumayan besar, sehingga salah satu biji pelernya sedikit keluar. Aku menahan nafas dan kuperbaiki posisi kontolku karena terasa sangat tidak nyaman. Aku berusaha menenangkan diriku, lalu aku pura-pura memanggil namanya lagi. Dia menengok dan sedikit kaget melihat aku sudah di dekatnya. Dia memperbaiki celana kolornya dan berusaha senyum meski aku tahu dia sedikit canggung. 

"Pak, ini ada titipan dari ayah," ujarku sambil menyerahkan amplop dari kantong celanaku. "Oh makasih mas," katanya dengan mimik bingung akan ditaruh dimana amplop itu. "Sini, aku bantu taruh Pak Pardi, di deket celana ya?" kataku sambil mengambil lagi amplop itu dari tangannya dan berjalan ke arah celana Pak Pardi yang di alasi daun pisang lebar tak jauh dari tempatnya menanam. "Lagi apa sih Pak Pardi?" tanyaku lagi "Ini Mas, tanem bibit jati bapak, sudah selesai sih, bapak suruh ambil ikan buat acara besok jadi saya lepas celananya biar nggak kotor," "Oh," ujarku makfum. 

Lalu kulihat dia mengambil jala besar dan melemparkannya ke arah kolam. Setelah beberapa lama, dia turun ke kolam dan air kolam setengah pinggang membasahi tubuhnya. Lalu dia menarik jala itu, kelihatannya dia sedikit kesusahan sehingga aku bantu dia menarik dari atas. Banyak sekali ikannya. Pak Pardi kemudian naik ke atas, dan saat itu kepala kontol Pak Pardi menyembul dari sisi samping celana kolornya, dan karena celana kolornya basah, tercetak jelas bagian rahasia Pak Pardi. 

"Pak, keplanya keluar tuh," ujarku sambil tertawa. Dia melihat ke bawah dan ikut tertawa sambil memasukkan kepala kontolnya, sungguh erotis. Lalu dia nongkrong di atas jala untuk membersihkan beberapa kotoran sebelum mengambil ikan. Aku tak mensia-siakan kesempatan itu dan segera ikut nongkrong di depannya sambil berusaha membantu padahal tujuanku hanya ingin melihat kontolnya. 

Benar saja, karena kolornya basah menjadi agak berat sehingga melorot, kali ini aku bisa melihat jembutnya di bagian atas ban karet kolor tersembul keluar. "Pak Pardi, tuh jembutnya keliatan," dia kembali tersenyum lalu menaikkan celananya sedikit. "Enak ya Pak Pardi," "Enak apanya Mas," "Pak Pardi sudah jembutan, pasti lebet. Aku pengen banget punya jembut," Dia tertawa dan kemudian berkata, "Lah pasti seumur Mas sudah ada," "Iya sih, tapi pasti nggak selebat Pak PArdi," dan kulihat dia hanya tersenyum lagi. 

Selesai sudah tugas dia hari itu, setelah membawanya ke pondok, masih dengan celana kolornya Pak Pardi membawa ember kecil. "Mau kemana Pak?" tanyaku "Ke pancuran," jawabnya. Di kebon ayahku ini ada pancoran air dari bambu, sumbernya dari aliran air di gunung. "Aku ikut ya Pak, serem disini sendirian," "Lah, aku mau mandi kok ikut," "Nggak apa-apa lah Pak, aku ikut yah," "Ya sudah ikut saja," 

Sambil berjalan aku mencoba memancing ke arah pembicaraan yang lebih saru. "Pak Pardi masih suka ngocok nggak?" Dia terlihat kaget dengan pertanyaanku, tapi dia menjawabnya "Ya kadang-kadang," "Berapa kali pak sehari," "Yah nggak tiap hari. Kalo istri mau malemnya ya hari itu saya tidak ngocok,". "Kamu suka ngocok," tanyanya kemudian. "Iya pak, suka sekali. Hari ini Pak Pardi ngocok nggak," Selesai ku tanya begitu aku lihat ke arah celana kolornya dan semakin gembung saja, bahkan sudah membentuk tenda, sehingga celananya turun dan jembutnya kembali terlihat dan bentuk kepala kontolnya tercetak jelas. "Sebenernya sih saya nggak rencana ngocok, tapi ..." "Tapi apa pak?" "Mas win sih bikin saya ngaceng nih," ujarnya sambil memperbaiki posisi batang kontolnya. "Yah kok di benerin sih pak letaknya, saya suka sekali ngelihatnya," Pak Pardi menatapku lalu berkata, "Mas win suka ngelihat kontol?" "Iya Pak. Mmmm kalo boleh saya mau lihat kontol Pak Pardi, boleh nggak pak?" 

Pak Pardi menghentikan langkahnya dan kemudian membalikkan badannya ke arah saya. Dia diam saja, tapi tangannya menurunkan celana kolornya hingga sebatas lutut, sehingga terlihatlah pemandangan yang sangat saya impikan. Kontol Pak Pardi gemuk dan besar, benar-benar full ngaceng dan batang kontolnya berurat-urat semakin menampakkan kesan jantan dan gagah. Pelernya tidak terlalu besar dan bulu-bulu jembutnya tumbuh lebat serta menyeruak kemana-mana, benar-benar kontol yang sempurna buatku. 

Dengan agak sedikit gemetar aku memegang batang kontol itu, terus terang ini pertama kalinya aku megang kontol orang dewasa. Batang kontol itu terasa hangat dalam genggaman tanganku dan sesekali berkedut-kedut. Kulirik ke arah Pak Pardi dan dia juga menatapku tapi tanpa ekspresi. Aku buat gerakan mengocok seperti aku biasa mengocok kontolku dan Pak Pardi juga sangat menikmatinya, terbukti dia terus memaju mundurkan badannya. Tiba-tiba aku lepas genggamanku dari kontolnya, dan sebelum dia bertanya aku berkata, "Pak Pardi, tunjukin ke saya dong cara bapak biasa ngocok saya pengen liat orang gede ngocok kontol," "Ohh, em gitu ya," ujarnya dengan nafas yang masih dikuasai birahi. 

Kemudian Pak Pardi menarik daun pisang yang ada di dekat kami hingga putus, kemudian menaruhnya di tanah. Bersandar di pohon pisang itu Pak Pardi mulai mengocok kontolnya. Dia mengocok kontolnya dengan gerakan yang cepat dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya terus meraba-raba bulu jembut dia yang ampun banget lebetnya dengan mata yang tertutup dan gumaman keenakan keluar dari mulutnya. "Enak ya pak?" tanyaku dan aku berada tepat disamping kontolnya. "i..iya Mas Win, enak sekali. Kenapa nggak ikut ngocok sekalian?" "Ah saya malu pak, kontol saya nggak sebesar punya bapak," "Kenapa malu, kamu kan belum sempurna betul pertumbuhan kontolnya. Lagi pula kontol itu yang penting maennya, bukan ukurannya." "Gitu ya pak?" jawabku gelisah karena kontolku memang pengen keluar karena sudah sangat ngaceng melihat tubuh bugil Pak Pardi yang berotot berada di atas daun pisang sedang mengocok kontolnya yang besar. "Ah....shhhh, ayo Mas Win buka aja, apa mau bapak bukain?" 

Akhirnya aku tahan juga dan segera membuka baju dan akhirnya celanaku hingga benar-benar bugil. "Wah sudah ngaceng ya Mas Win," ujar Pak Pardi sambil tersenyum melihat keadaan kontolku. "Iya pak, abis ngeliat Pak Pardi bikin saya jadi ngaceng juga," "Sini sebelah saya saja," Aku kemudian duduk di sebelahnya dan mulai mengocok kontolku. Tangan kanan Pak Pardi menggerayangi jembutku. "Jembut Mas Win persis kayak anak bapak, Atin, cuma kontol Mas Win ini agak panjang yah," Aku kaget mendengar ucapan Pak Pardi. "Memangnya Pak Pardi pernah liat kontol Atin?" tanyaku penasaran menghentikan gerakanku di kontol. Atin adalah kakak kelasku di SMP, tapi dia nggak nerusin SMA mungkin karena biaya. Atin itu anak tertua dan satu-satunya dari Pak Pardi, dia juga sering membantu di rumah. 

"Kenapa, Mas Win suka ya dengernya," ujar Pak Pardi yang kini membantuku mengocok. Kulit tangannya terasa kasar di kontolku tapi genggaman tangannya sangat mantap, baru sekali ini juga batang kontolku di pegang orang, Aku sedikit kelojotan karena sensasinya. "Bapak suka ngeliat si Atin ngocok di kali belakang rumah kalo sore, kadang-kadang bapak juga suka ngocok bareng," Ah, darahku semakin mendidih mendengarnya, belum lagi kocokan Pak Pardi bener-bener yahud. Dia menghentikan kocokan di kontolnya dan mengalihkan kedua tangannya di kontolku. Kini aku yang nyender di batang pisang dan Pak Pardi duduk bersila di sampingku dekat di bagian kontol. Sambil tangan kanannya mengocok batang kontolku, tangan kirinya tidak henti-hentinya bergerilya di biji peler dab jembutku yang masih terbilang tipis. 

"Kadang bapak ngocokin kontol dia, dan dia ngocokin kontol bapak, aduh enak banget Mas Win. Persis kayak kita gini," "Ah Pak Pardi, gila bener, aku jadi pengen ngecrot dengernya," "Mas Win mau nggak kalo kapan-kapan bapak ajak ngocok bareng sama Atin?" tanya Pak Pardi sambil terus merancapiku. Aku tidak bisa menjawab pertanyaannya, hanya bisa melenguh enak dan kedua tanganku terangkat ke atas dan memeluk batang pisang yang kusandari. "AHHHH...mau banget pak, mau banget, aduh pak...ENAK, pengen keluar udah bener-bener nggak kuat," 

Tapi sebelnya Pak Pardi menghentikan kocokan mautnya di kontolku. Aku membuka mata dan bertanya dengan tatapan mataku, "Mas Win bangun dulu," ujarnya. Aku bangun dan bersender di batang pisang yang sama dengan kontol yang masih tegak mengacung. "Kenapa pak?" "Kalo mau ngecrot, kita ngecrotin samaan ya," "Kita ngocok berdiri pak?" "Nggak, liat aja. Bapak biasanya kalo ngecrot bareng Atin sering yang kayak gini, Mas Win diem aja yah," Kemudian Pak Pardi mendekatiku, sebagai yang sangat tak berpengalaman jelas sekali aku deg-deganm apalagi melihat Pak Pardi sekarang hanya beberapa senti saja di depanku dan kontol kami sudah saling menyenggol. 

Pak Pardi kemudian memelukku, karena tubuh kami hampir setara, posisi kontol kami tak terlalu berbeda sehingga saat Pak Pardi memelukku kontol kami saling bersentuhan. Darahku seperti mengalir dengan cepat dan sensasi kontol kami yang saling berdempetan membuat tubuhku bergetar. Pak Pardi kemudian menggeol-geolkan tubuhnya dengan gerakan memutar dan sedikit naik turun. Rasanya LUAR BIASA, kontol kami bergesekan, jembut kami bersatu dan sesekali ada sedikit rasa sakit saat jembutku tertarik entah oleh gerakan gesek batang kontolnya atau tertarik oleh jembutnya. 

Kedua tangan Pak Pardi memeluk batang pisang dan kepalanya di rebahku di bahuku sementara kontolnya terus di gesek-gesekkan di kontolku. Aku benar-benar sudah nggak tahan lagi. Akupun mengerang keras dan .... CROTT.....CROTTTTT .... CROTTTT spermaku menyembur berkali-kali diantara gesekan kontol kami, entah kemana saja semprotannya aku tak perduli karena rasa yang begitu enak membuatku tak berfikir apa-apa lagi. Kemudian Pak Pardi melepas pelukannya di tubuhku lalu mengocok kontolnya dengan sangat cepat dan kembali CROTT.....CROTTTTT .... CROTTTT .... CROTT.....CROTTTTT .... CROTTTT , semprotan yang jauh lebih banyak dari kepala kontolnya di arahkan Pak Pardi di kontol dan jembutku. Cairan kental itu mengalir ke bawah dan Pak Pardi kembali memelukku serta kembali menggesekkan kontolnya sembari ia mengatur nafasnya yang terengah-engah. 

Kami akhirnya sudah mendapatkan kesadaran, dan dengan tubuh bugil berjalan ke arah pancuran untuk membersihkan tubuh dan sisa-sisa sperma. "Pak, kapan kita bisa ngocok bareng Atin?" tanyaku. "Yah kalo Mas Win mau, besok juga bisa disini," jawab Pak Pardi sambil tersenyum. "Nanti bapak kasih liat, bagaimana cara bapak maen sama Atin." "Maen..? Maen apa pak?" "Pokoknya liat aja besok, di jamin Mas Win suka, malah pengen ngerasain," "Ah Pak Pardi ini bikin penasaran aja," ujarku manja. "Tapi apa Atin mau ya kalo ada aku pak?" "dia sih pasti mau, malah seneng. Kadang pak Danial juga suka ikutan," "Pak Danial hansip?," tanyaku kaget. "Iya," Mulutku melongo, Pak Danial adalah hansip yang suka jaga malam di rumahku. "Ya sudah pak, saya sudah nggak sabar nunggu besok," Pak Pardi tertawa dan menarik jembutku sehingga aku kaget, lalu Pak Pardi berjalan cepat mendahuluiku yang berusaha mengejarnya untuk balas dendam menarik jembutnya juga. Senangnya.