Jumat, 14 September 2012

Rumahku

Setelah 4 tahun bergulat dengan buku, meja gambar dan juga Mas Ruslan tentunya. Akhirnya aku dinyatakan lulus dan bekerja di satu perusahaan arsitek. Terasa berat berpisah dengan Mas Ruslan yang begitu gagah, tampan dan jantan. Tapi kadang2 kami masih suka bertemu melepas rindu, walau tidak sesering sebelumnya. 

Tugasku allrounder artinya mulai dari design sampai pengontrolan lapangan. Yang terakhir ini yang aku suka, karena aku bisa mengintip kuli2 bangunan yang terlihat seksi terutama ketika mereka mandi sore di bedeng yang setengah terbuka. Aku bisa melihat jelas bodi dan kontol mereka dari lantai atas. Karenanya aku lebih suka mengontrol lapangan menjelang sore, saat yang tepat melihat bodi2 macho mereka. 

Karena aku bekerja di perusahaan real estate, bossku menyarankan mencicil salah satu rumah di kompleks yang sedang di bangun. Tentunya dengan senang hati kuterima tawaran itu. Karena kondisi rumah yang kecil aku mendesign ulang ruang di bawah atap menjadi raung kerja. Untuk itu aku memanggil salah satu tukang kayu yang paling handal di kantorku. Namanya Parmin. 

Parmin berusia menjelang 40. Tubuhnya benar2 tinggi dan kekar karena pekerjaan lapangan. Seringkali aku meninjau rumahku saat jam makan siang. Kulihat Parmin hanya mengenakan celana jeans pendek yang sudah robek disana sini memperlihatkan pangkal pahanya yang kekar dan sedikit bulu di atas pusar. Aku kadang membayangkan seberapa besar kontolnya di balik celana jeans itu. 

Menjelang pekerjaan finishing, Parmin berkata bahwa dia membutuhkan tenaga bantuan untuk pemasangan plafon. Tetapi karena tukang lain sibuk dan plafon harus segera ditutup, maka dia menyarankan bagaimana kalau aku meluangkan waktu akhir minggu untuk membantu dia. Tentu saja aku iyakan tanpa berpikir panjang. 

Hari Sabtu pagi dengan bersemangat aku menunggu Parmin. Aku sengaja mengenakan celana pendek yang minim tetapi agak longgar sehingga pahaku yang putih dan mulus terlihat jelas, juga kaos singlet yang ketat tentunya. 

Ketika Parmin melihatku, aku merasakan matanya yang liar seakan berusaha menembus celana pendekku. Ketika kutanya apa yang dilihatnya, dengan gugup dan muka memerah Parmin menjawab bahwa dia pangling melihat aku dengan casual shirts. 

Segera setelah itu Parmin mengajak aku ke lantai atas dan meminta aku menahan plafon sementara dia memakunya. Dari bawah akau dapat melihat jelas kolor Parmin berwarna hitam selaras dengan kulitnya yang sawo matang dan basah berkeringat. Terlihat gundukan besar di balik kolornya dan juga bulu2 halus keriting keluar dari sela2 selangkangnya. Bau jantan dari badan yang berkeringat dan kolornya tercium jelas, membuat kontolku bergerak liar dan membentuk tonjolan besar di balik celana pendekku yang longgar. Karena aku menahan plafon dengan kedua tanganku, sehingga aku tidak bisa menyembunyikannya. 

Parmin dari arah atas melihat ke bawah untuk berbicara padaku, dan saat itulah dia melihat tonjolan keras di balik celanaku. Dia tersenyum tersipu dan berkata “Mas, sudah lama engga keluar yah?” Aku balik bertanya dengan gugup tentunya “ Keluar apanya Min?” “Ah, Mas masa engga tau kalau laki2 keras melulu itu tandanya olinya perlu diganti” “Ah, Min kamu bisa aja, tapi memang aku nih engga tau kenapa tiba2 kontolku jadi keras” kataku dengan malu tanpa nafsu. “ Barangkali karena ngeliat Mas Min, apa mau dibantuiin biar cepet keluar?” Deg... aku terkisap, ternyata Parmin yang sudah beristri juga suka dengan kontol. “Gimana caranya Min? Emang kamu mau ngocok kontolku?” “Tentu aja mau mas, wong mas ini putih bersih benar2 type Mas Min,Liat aja nih kontol mas min juga jadi keras.” Tanpa malu2 lagi Parmin melorotkan celananya dan memperlihatkan kepala kontolnya yang besar mencuat dari balik celana dalamnya. Parmin dengan gayanya yang jantan turun dari tangga dan memperlihatkan bulu keteknya yang cukup lebat sambil meremas2 kontolnya dengan satu tangan lainnya. Aku tak tahan lagi dengan cepat kutarik kolor Parmin sehingga dia benar2 telanjang bulat sekarang. Dan dengan penuh nafsu kucium seluruh badannya dari mulut sampai jembutnya. Ketika aku menciumi jembutnya, dengan sekali hentakan Parmin memasukkan kontolnya ke mulutku dan mendesah berat. Aku tidak membuang2 waktu, sambil mengulum kontol Parmin yang besar, aku membuka celana dan kaosku. Parmin kelihatan bertambah liar melihat tubuh putih mulusku, dengan cepat di cabutnya kontolnya dari mulutku dan membaringkan aku dilantai serta menciumi dan menjilati tubuhku. Keringat kami mengucur bertambah deras karena udara yang panas di bawah atap. Gesekkan2 kulit yang basah menambah suasana menjadi erotis. Parmin semakin liar menggerakkan pantatnya diatas tubuhku. Menekan kontolnya di atas kontolku Aku tidak tahan lagi, sambil mendekap badannya yang kekar, aku meminta Parmin memasukkan kontolnya, aku ingin menyatu dengan Parmin yang jantan. Parmin dengan cepat membasahi kontolnya dan memasukkan kontolnya yang besar dengan perlahan. Parmin melenguh kecil ketika semua kontolnya masuk ke kehangatan lubangku. Kurasakan gesekan halus jembutnya, menandakan kontolnya sudah seluruhnya amblas. Dengan pengalamanku bercinta dengan Mas Ruslan, aku membentot dan meremas kontolnya dengan lubangku sambil memutar2 pantatku , membuat mata Parmin terkejap. Karena Parmin cukup berpengalaman juga, dia mengimbangi permainanku dengan menaik turunkan pantatnya dengan irama tertentu, sehingga sesekali aku menjerit kenikmatan merasakan kepala kontolnya menembus tajam. Parmin semakin mempercepat desakannya, sementara aku bergerak liar dibawah, membuat kontol Parmin semakin berdenyut cepat dan memuntahkan pejunya di dalam dan aku sambil melenguh panjang menekan kontolku ke perut Parmin yang sedikit berbulu itu dan memuntahkan spermaku, membuat badan kami semakin lengket menyatu. Akhirnya Parmin menghentikan gerakannya, tetapi tidak mencabut kontolnya. Dia merebahkan seluruh badannya di atas badanku dan memeluk aku serta menciumiku. Dia berharap agar kami dapat melakukannya lebih sering. Tanpa ragu2 aku iyakan bahkan memintanya pindah ke rumahku dengan dalih pekerjaan yang belum selesai, sehingga orang kantor tidak akan curiga. Sejak saat hampir tiap hari aku bisa menikmati siraman peju Parmin di lubangku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar